Tiga Harimau Berkeliaran di Kebun Warga Aceh Selatan, Perilakunya tak Normal

Sebanyak setidaknya tiga ekor harimau masih berkeliaran di sekitar perkebunan masyarakat di Kabupaten Aceh Selatan. Kehadiran mereka, yang menebar ketakutan di antara masyarakat, terpantau oleh kamera tersembunyi atau camera trap yang dipasang petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh.

Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto menerangkan keberadaan harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) tersebut sudah dilaporkan masyarakat setempat sejak awal Oktober lalu. Lokasi temuan keberadaannya disebutkan berpindah-pindah, di antaranya di Desa Seuleukat dan Desa Simpang, Kecamatan Bakongan Timur, serta Desa Krueng Batee, Desa Gunung Kapho, dan Desa Panton Bili, Kecamatan Trumon Timur.

“Upaya menghalau harimau tersebut terus dilakukan, di antaranya mendatang pawang dan memasang kandang jebakan,” kata Agus Arianto, Kamis 11 November 2021.

Pada akhir Oktober lalu, misalnya, satu harimau dilaporkan terlihat di kawasan objek wisata Sigantang Sira di Gunung Kapur, Kecamatan Trumon. Dari laporan tersebut, tim gabungan mendatangi obyek wisata tersebut untuk penghalauan. Yang terjadi saat itu, Agus mengungkapkan, harimau mendekati sumber sorotan lampu senter yang digunakan petugas untuk menghalau. Bukannya menjauh.

Kehadiran harimau juga sempat viral di Desa Panton Bilu pada 7 November lalu. Satwa buas yang dilindungi tersebut tampak di jalan desa di area perkebunan dan direkam sejumlah warga lewat kamera ponselnya. Ini juga, menurut Agus, menunjukkan adanya perilaku harimau yang tidak normal karena harimau seperti tidak terusik kehadiran manusia di sekitarnya.

“Setelah melihat perilaku tersebut, tim memasang kandang jebak di Gunung Kapho dan satu individu masuk perangkap. Saat ini tim medis sedang mengamati harimau tersebut,” kata Agus Arianto.

Keuchik (kepala desa) Gunung Kapur, Suhaili, membenarkan perilaku-perilaku harimau tersebut. Dia juga mengatakan penampakan harimau sudah berlangsung sejak beberapa pekan lalu.

Sedangkan Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Subulussalam BKSDA Aceh Hadi Sofyan menerangkan bahwa harimau masuk perangkap sudah dibawa ke Unit Respons Konservasi Trumon untuk pemeriksaan dan perawatan. Selain kondisi kesehatan, pemeriksaan untuk memastikan usia harimau tersebut.

“Pemasangan perangkap merespons keresahan masyarakat terhadap satwa dilindungi tersebut,” katanya sambal menambahkan harimau tersebut dilaporkan juga menerkam ternak kambing masyarakat.

Harimau Sumatera berstatus spesies terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar. BKSDA Aceh mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian khususnya harimau Sumatera dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa.

Masyarakat juga diminta tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati. Kemudian, tidak memasang jerat, racun, pagar listrik tegangan tinggi yang dapat menyebabkan kematian satwa liar dilindungi. Semua perbuatan ilegal tersebut dikenakan sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada masyarakat, para pihak terkait lainnya serta mitra yang mendukung penyelamatan harimau tersebut. Dukungan ini merupakan upaya pelestarian satwa dilindungi di Provinsi Aceh,” kata Agus Arianto.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *